Harian Umum Interpos, 14/08/2012
Oleh:
Usman Jambak
Membicarakan sejarah IAIN Imam Bonjol Padang berarti membicarakan
“kebangkitan kembali” Perguruan Tinggi Islam (PTI) di Sumatera Barat, setelah
Universitas Darul Hikmah mengundurkan diri dari kegiatan akademisnya pada tahun
1958.
Pada prinsipnya proses berdirinya Perguruan Tinggi Islam yang diberi nama
dengan Institut Agama Islam (IAIN) Imam Bonjol ini diawali dengan berdirinya
Fakultas Tarbiyah IAIN sebagai fakultas jauh dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1
Oktober 1963.
Menoleh ke belakang, situasi sebelum tahun 1960, di Sumatera Barat (ketika
itu) dunia pendidikan tinggi Islam merupakan periode yang gawat. Puncaknya
ditandai dengan mengundurkan dirinya Universitas Islam Darul Hikmah dari
kegiatan akademisnya tahun 1958. Universitas yang berdiri sejak tahun 1953 ini,
dalam perkembangannya cukup cemerlang. Namun, karena desakan kondisi yang tidak
kondusif mengakibatkan perguruan tinggi Islam ini mengundurkan diri.
Meskipun universitas yang pernah jaya ini lenyap, semangat dan keinginan
masyarakat Sumatera Barat tak pernah pudar untuk kembali memiliki dan membangun
Perguruan Tinggi Islam di daerah Ranah Minang yang sangat terkenal dengan “adat
basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” dan merupakan gudang ulama ini. Tak
dapat dipungkiri kontribusi ISI (Ikatan Sarjana Indonesia) Padang (1958) sangat
nyata dalam mewujudkan keinginan masyarakat Sumatera Barat untuk membangun
Perguruan Tinggi Islam di daerah beradat ini. Dengan semangat yang
menyala-nyala, ISI Padang beserta simpatisan membangun semangat dan rencana di
atas puing-puing kerubuhan Perguruan Tinggi Islam terdahulu seperti Perguruan
Tinggi Islam Pariaman (1513-1697). Perguruan Tinggi Islam Kamang-Bukittinggi
(1803-1822), Sekolah Islam Tinggi di Padang (1940-1942) dan yang terakhir
Universitas Darul Hikmah (1953-1958).
Akhirnya setelah melalui perjuangan yang panjang, tanggal 1 Oktober 1963
dapat diwujudkan sebuah fakultas ilmu agama Islam, meskipun hanya berstatus
sebagai fakultas jauh dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Tarbiyah
tersebut dikonversi menjadi IAIN Imam Bonjol Padang pada 29 Nopember 1966,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama R.I No. 77/1966 tertanggal 21
Nopember 1966. Dengan surat Keputusan Menteri Agama itu IAIN Imam Bonjol
memiliki empat fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah di Padang Fakultas Ushuluddin
di Padang Panjang, Fakultas Syari’ah di Bukittinggi dan Fakultas Adab di Payakumbuh.
Dalam beberapa tahun kemudian terjadi penambahan Fakultas cabang di IAIN
Imam Bonjol, yakni Fakultas Tarbiyah tahun 1968 dan Fakultas Ushuluddin tahun
1970 di Padang Sidempuan Sumatera Utara, Fakultas Dakwah tahun 1968 di Solok
dan Fakultas Tarbiyah tahun 1971 di Batusangkar. Pada
tahun 1973 kedua fakultas cabang di Padang Sidempuan bergabung dengan IAIN
Sumatera Utara, dan sementara Fakultas cabang di Batusangkar dan Bukittinggi.
Sejak
tahun 1976 lima fakultas (Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah, Ushuluddin) sudah
dipusatkan di Padang, sebagai ibukota propinsi Sumatera Barat. Tapi keberadaan
Fakultas Syari’ah di Bukittinggi dan Fakultas Tarbiyah di Batusangkar masih dipertahankan
sebagai dua fakultas cabang. Sejak tahun 1997 pemerintah melepaskan semua
fakultas-fakultas cabang dari IAIN dan
meresmikan berdirinya 33 STAIN di Indonesia.
Semenjak menjadi perguruan yang mandiri, IAIN Imam Bonjol Padang sudah
mengalami 15 kali periode kepemimpinan, yaitu: Prof. Mahmud Yunus (1966 – 1971) H. Mansur Datuk Nagari
Basa (Februari – Juli 1971), H. Baharuddin Syarif (Agustus – November 1971), H.Hasnawi Karim (1971 – 1972), Drs.Soufyan Ras
Burhany (1973 – 1975), Drs.H.Fauzan, MA (1975 – 1976), Drs.M.Sanusi Latief (1976 – 1982), H.Hasnawi Karim (1982 – 1983), Prof.Dr.H.Amir Syarifuddin (1983 – 1992), Dr.H.Mansur Malik (1992 – 1997), Prof.Dr.H.Abdul
Aziz Dahlan (1997 – 2001), Prof.Dr.H.Maidir
Harun (2001 – 2006), Prof.Dr.H.M.Atho Mudzhar,MA (2006 – Februari 2007), Prof.Dr.H.Sirajuddin
Zar, MA (2007 – 2011), dan Prof.Dr.H.Makmur Syarif,SH,M.Ag (2011 – 2015).
IAIN Imam Bonjol Padang sebagai satu dari 14 IAIN di Indonesia sedang
berupaya menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam melaksanakan tridharma
perguruan tinggi, terutama dalam bidang ilmu-ilmu keislaman. Saat ini IAIN Imam
Bojol Padang memiliki dua kampus, yaitu kampus satu yang berada di Jl. Sudirman
dan kampus dua berada di Lubuk Lintah Kota Padang. Sedangkan pengembangan
kampus tiga sedang diusahakan yang terletak di Sungai Bangek Lubuk Minturun
Kota Padang.
Pasca gempa yang meluluh-lantakkan Kota Padang, 2009 lalu, kondisi bangunan
kampus dua yang terletak di Lubuk Lintah mengalami kerusakan yang cukup berat
dan sekarang sedang diusahakan perbaikan dan pembenahan akibat hantaman gempa
tersebut.
Tak dapat disangkal
kampus yang notabenenya pencetak ulama pewaris nabi ini sangat besar
kontribusinya bagi masyarakat Sumatera Barat dan sekitarnya. Kita berharap ada
keseriusan bagi pengelola dan pemerintah dalam memperhatukan setiap kebutuhan
kampus yang telah berdiri 46 tahun ini.(*)
2 Komentar:
Assalamualaikum. Terima kasih di atas maklumat di atas. Saya ingin bertanya - adakah IAIN ini menerima pelajar dari luar negara spt Malaysia, Thailand dll. Jika boleh, bolehkah seseorang yang tidak memiliki kelayakan formal pendidikan Islam memohon masuk ke IAIN ini.
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu. IAIN Padang menerima pelajar dari seluruh penjuru dunia dengan artian terbuka untuk siapa sahaja yang mahu belajar di sini tentunya dengan melalui tes atau uji kelayakan terlebih dahulu. Jika lulus atau layak maka tidak ada halangan baginya untuk menimba ilmu di Kampus ini.
Tidak memiliki kelayakan formal? Maksudnya apa? saya kurang menangkap pertanyaannya
Posting Komentar