Blogroll

Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
Google Pagerank Powered by  MyPagerank.Net
free counters

Pages

English French German Spain Italian Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

19 Desember 2011

SUDAH SAAT PEMUDA MINANG BERBENAH

SUDAH SAAT PEMUDA MINANG BERBENAH
(Dimuat di portal SumbarONLINE.com

Bersama kawan-kawan
Dalam pendahuluan paperMenyigi Masa Depan Pemuda Minangkabau” yang disampaikan oleh Zelfeni Wimra pada diskusi KAJI Institute (2/12) lalu, Zelfeni Wimra mensitir realitas pemuda Minangkabau hari ini. Menurut penelitian yang dilakukan tahun 2007, ditemukan sejumlah fakta mengejutkan terkait realitas pemuda Minangkabau, dimana setiap tahun ditemukan 154 orang anak gadih/padusi (anak gadis) Minangkabau diperkosa. Ini artinya setiap bulannya ada sekitar 12 orang anak gadih Minang yang diperkosa. Temuan ini, seakan beranjak menyaingi realitas kepemudaan yang ditemukan di negara almarhum Hitler, dimana setiap 15 menit terjadi pemerkosaan dan setiap tahunnya, setidaknya ada 35 ribu wanita yang diperkosa.

Temuan yang tak kalah mengejutkan, sebagaimana yang ditemukan di Amerika, setiap jam ada sekitar 78 orang yang wanita yang diperkosa, artinya sedikitnya ada 683 orang wanita yang diperkosa setiap tahunnya, sekitar 13 % atau 12,1 juta anak gadis Amerika sudah pernah diperkosa lebih dari satu kali. Enam dari sepuluh anak yang diperkosa belum mencapai umur 16 tahun.
Pertanyaan yang kemudian bersemayam di benak, apakah diskursus kepemudaan Minangkabau dalam lintas sejarahnya akan terdampar dan berusaha menyaingi realitas kepemudaan di negeri barat? Lalu, dimanakah tersimpannya kata-kata bertuah “Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah” yang selama ini didengung-dengungkan? Bukankah kata-kata bertuah ini, mengindikasikan bahwa setiap tindak dan prilaku setiap anggota masyarakat di ranah tercinta ini, tidak semestinya berseberangan dengan syariat?

Ironisnya, ketika meneropong kontribusi pemuda Minangkabau di pentas nasional, ternyata pemuda Minangkabau hanya larut dengan nostalgia cerita lama. Sebut saja, setengah dari para tokoh-tokoh gerakan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia ini adalah Pemuda-pemuda Minang, seperti: H. Agus Salim, M. Hatta, St, Syahrir, Tan Malaka, M. Nasir, Hamka, dan banyak yang lainya. Tetapi, jika pertanyaan ini ditujukan kepada pemuda hari ini, ada sedikit kegamangan dalam menjawab dan menemukan sesosok potret pemuda Minangkabau yang benar-benar layak dianggap sebagai sosok yang dapat mewakili pemuda Minangkabau untuk dijadikan jawaban atas pertanyaan yang muncul.

Sebetulnya pemuda Minang mempunyai banyak potensi yang berlebih, menurut data dari Deputi Menpora Bidang Pemberdayaan Pemuda banyaknya jumlah pemuda 37,8 % dari jumlah penduduk Indonesia. Namun dengan banyaknya jumlah pemuda tesebut masalah kepemudaan juga banyak di antaranya rendahnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan pendidikan, kemampuan kewirausahaan yang rendah, pengangguran, masalah sosial (narkoba, seks bebas), dan lain sebagainya.

Untuk menghilangkan permasalahan tersebut harus adanya perlindungan terhadap pemuda dengan cara adanya regenerasi dalam politik, sosial. Contohnya dalam partai politik dan oraganisasi mahasiswa atau masyarakat harus adanya kaderisasi, bukan dia-dia terus yang muncul. Serta memberikan kesempatan kepada pemuda untuk membuat keputusan tentang apapun.

Penulis buku “Pengantin Subuh” (Cerpen), yang akrab disapa “Wimo” ini pun menambahkan, sebetulnya khazanah budaya Minangkabau tidak pernah kering dari narasi-narasi kecil (little narative) yang diusahakan menyusup dalam permainan bahasa (language game) yang bersifat heterogen, plural, dan lokal dalam menghargai perbedaan dan toleransi pada keberbagaian pihak. Jika idiom “anak dipangku kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan” masih tetap menjadi dasar segenap agenda kepemudaan dalam berinteraksi, maka kecemasan terhadap realitas temuan 154 anak gadih Minangkabau diperkosa setiap tahunnya tidak perlu menjadi kecemasan yang berlebihan yang perlu dicarikan solusinya.

Jika ternyata jawabannya “tidak”, maka pemuda Minangkabau hari ini mau tidak mau mesti mengevaluasi tingkat keberdayaan mereka dalam mengawal perubahan kebudayaan. Mewacanakan sosok ideal pemuda Minangkabau masa depan adalah suatu yang mustahil tanpa memantau seperti apa daya perubahan yang telah dan akan mereka lakukan, ungkap Wimo lebih lanjut.

Potensi yang harus dikembangkan
Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kahidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki kaum muda. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.

Potensi hanya akan tinggal potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam, ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat atau tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itulah yang menentukannya.  Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga dengan potensi pemuda. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Jadi, potensi yang dimiliki oleh pemuda, khususnya pemuda Minangkabau, haruslah diarahkan untuk menyokong dan mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Seorang pemuda khususnya pemuda Minagkabau yang nota-benenya 100 % beragama Islam tentunya akan berada di garis depan untuk membela, memperjuangkan, dan mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang pemuda muslim tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah kemunduran umat yang sangat memprihatinkan ini. Seorang pemuda muslim jangan sampai menjadi penghalang kemajuan Islam dan perjuangan kaum muslimin.

USMAN JAMBAK
Penulis adalah penggiat KAJI Institute

Usman Jambak, merupakan nama pena dari Usman, seorang pemuda yang dilahirkan 28 tahun yang lalu di sebuah negeri di lereng Marapi sana. Sekarang sedang melanjutkan studi di Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang konsentrasi Hukum Islam. Tinggal di kota Padang. No. Rek (BSM). 1537012398. Hp. 0813 63 780 868. E-mail: oesmanjambak@yahoo.com

1 Komentar:

kunjungan gan.,.
bagi" motivasi.,.
kehilangan jadikanlah sebuah pelajaran untuk mu.,.
jangan hanya menyesali apa yang terjadi.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

Posting Komentar

Ihkwan Fillah

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More